Semenjak resign dari kantor lama, pekerjaanku sekarang hanyalah stay di depan laptop sepanjang hari. Mulai dari bikin laporan psikologis, bikin laporan project sama ya itu menulis. Mulailah petualangan sebagai penulis full time itu dimulai. Kegiatanku tiap hari kalau enggak bikin cerpen, ya menyelesaikan novel-novelku yang dulu sempat terbengkalai. Selain itu kegiatan lainnya adalah mencari info-info lomba cerpen/novel dan giat mengirimkan hasil-hasil karyaku ke majalah atau penerbit. Yah, namanya pekerjaan, ujungnya kan mau dapat penghasilan. Walaupun tidak langsung kelihatan kalau seperti kerja di kantoran, yang tiap bulan dapat uang, menulis itu sama seperti menabung. Di waktu tidak terduga, di saat kita butuh uang, eh tiba-tiba honor menulis (mudah-mudahan) muncul :)Walaupun begitu, saya tidak semata-mata menulis untuk mendapatkan penghasilan. Karena kalau saya berpikir seperti itu, rasanya saya akan sulit menggunakan hati dan cinta saya dalam tulisan. Lucunya, seorang teman penulis pernah bercerita. Katanya, editor yang sudah berpengalaman biasanya dapat melihat apakah naskah yang ia terima itu ditulis dengan hati atau sekedar menulis untuk popularitas dan materi saja. Wuah, rasanya para editor itu punya mata yang berfungsi sebagai scanner. Memang terbukti sih, beberapa buku atau tulisan dari penulis yang menurut si editor itu tidak 'ditulis' dengan hati akan jadi karya yang 'begitu-begitu' saja. Tidak memiliki nilai tambah tertentu. Lucunya itu kerap terjadi pada penulis-penulis senior yang sepertinya sedang dikejar setoran.Belajar dari pengalaman itu, saya jadi berusaha merefleksikan diri kembali. Apakah saya akan jadi penulis idealis atau yang komersil. Apakah menulis semata-mata untuk mencari uang ataukah sebagai bukti aktualisasi diri? Maunya sih bisa menyeimbangkan keduanya. Idealis tapi tetap mengisi periuk nasi saya ^__^
Re-post from Blog on June 2012
Semenjak resign dari kantor lama, pekerjaanku sekarang hanyalah stay di depan laptop sepanjang hari. Mulai dari bikin laporan psikologis, bikin laporan project sama ya itu menulis. Mulailah petualangan sebagai penulis full time itu dimulai. Kegiatanku tiap hari kalau enggak bikin cerpen, ya menyelesaikan novel-novelku yang dulu sempat terbengkalai. Selain itu kegiatan lainnya adalah mencari info-info lomba cerpen/novel dan giat mengirimkan hasil-hasil karyaku ke majalah atau penerbit. Yah, namanya pekerjaan, ujungnya kan mau dapat penghasilan. Walaupun tidak langsung kelihatan kalau seperti kerja di kantoran, yang tiap bulan dapat uang, menulis itu sama seperti menabung. Di waktu tidak terduga, di saat kita butuh uang, eh tiba-tiba honor menulis (mudah-mudahan) muncul :)Walaupun begitu, saya tidak semata-mata menulis untuk mendapatkan penghasilan. Karena kalau saya berpikir seperti itu, rasanya saya akan sulit menggunakan hati dan cinta saya dalam tulisan. Lucunya, seorang teman penulis pernah bercerita. Katanya, editor yang sudah berpengalaman biasanya dapat melihat apakah naskah yang ia terima itu ditulis dengan hati atau sekedar menulis untuk popularitas dan materi saja. Wuah, rasanya para editor itu punya mata yang berfungsi sebagai scanner. Memang terbukti sih, beberapa buku atau tulisan dari penulis yang menurut si editor itu tidak 'ditulis' dengan hati akan jadi karya yang 'begitu-begitu' saja. Tidak memiliki nilai tambah tertentu. Lucunya itu kerap terjadi pada penulis-penulis senior yang sepertinya sedang dikejar setoran.Belajar dari pengalaman itu, saya jadi berusaha merefleksikan diri kembali. Apakah saya akan jadi penulis idealis atau yang komersil. Apakah menulis semata-mata untuk mencari uang ataukah sebagai bukti aktualisasi diri? Maunya sih bisa menyeimbangkan keduanya. Idealis tapi tetap mengisi periuk nasi saya ^__^
0 Comments
Suatu hari saya dikejutkan oleh sesuatu yang benar-benar di luar dugaan. Novel saya, Flavia de Angela dibajak! Definisi pembajakan dalam kasus saya adalah novel saya ditulis ulang setiap babnya lalu dishare di suatu situs & siapapun yang ingin baca dapat mendownloadnya secara GRATIS! Ekspresi pertama yang saya rasakan terus terang adalah MARAH. Gemes banget lihat perilaku orang yang sebegitunya. Apa dia tidak tahu kalau yang dia lakukan itu sudah melanggar hak cipta orang lain? Sepertinya sih dia tidak tahu. Usianya masih muda, masih di bawah umur dan saya pikir dia tidak sadar kalau apa yang ia lakukan itu bisa dikenai sanksi berat. Kalau ada yang belum tahu bagaimana bunyi Undang-Undang Hak Cipta, yang biasanya ada di halaman awal suatu novel/buku, bisa baca di bawah ini: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana
Jadi sudah jelas ya, mengutip sebagian atau keseluruhan suatu karya cipta kemudian menyiarkan, memamerkan, mengedarkan apalagi menjual hasil karya cipta orang lain tanpa izin adalah PELANGGARAN terhadap Hak Cipta dan sanksinya cukup berat. Kasus lain yang saya lihat ada teman2 penulis saya yang bukunya discan atau difotokopi terus dijual kembali! Ehm, itu sangat-sangat jahat sekali. Apakah mereka tidak tahu bahwa novel atau buku itu merupakan hasil jerih payah seorang penulis - kekayaan intelektualnya yang sebenarnya tidak bisa dinilai dengan materi sebanyak apapun. Bagi siapapun yang membaca artikel saya, mulailah mengevaluasi diri sendiri apakah kita termasuk yang mendukung pembajakan terhadap karya cipta? Ingat, yang termasuk membajak bukan hanya buku ya, bisa saja lagu atau film-film. Misalnya, mencopy DVD film Korea tanpa izin terus dijual kembali atau ditaruh di blog kalian untuk bisa ditonton orang lain. It's a big no no ya guys, saya percaya kalian adalah orang-orang baik yang juga berbudi luhur. Selain itu kalau misalnya kalian mengutip sebagian quotes, puisi atau dialog dari suatu novel, please berikan keterangan darimana kalian mengambil kutipan itu. Jangan diaku-aku hasil pikiran sendiri :) Untuk si pembajak Flavia de Angela, saya sudah memberikan peringatan tertulis. Apabila tidak digubris, berarti saya harus menempuh cara lain yang lebih tegas. Ehm, untuk yang bertanya-tanya seperti apa link yang membajak karya saya. Mohon maaf tidak akan saya beritahu, karena saya tidak mungkin mengiklankan hasil bajakan karya saya :) Marilah menghargai Karya Cipta Orang Lain Yup, perasaan itu sering muncul bahkan sampai sekarang sekalipun. Novel Flavia de Angela memang merupakan debut pertamaku & seperti hal-hal yang lain. Sesuatu yang pertama itu memang rasanya sangat spesial. Menjadi penulis memang impianku sejak kecil. Bahkan waktu SD saja aku sering menulis 'sastrawati' sebagai pilihan cita-citaku kalau diminta mengisi Diary teman-temanku. Jangan ditanya deh berapa nilai pelajaran Bahasa Indonesiaku - selalu menjadi nilai terbaik di raport, di kelas bahkan waktu SMA nilai ujianku pernah jadi nilai terbaik se-SMA se-Jakarta Selatan. Hari-hariku selalu diisi dengan menulis. Namun, memiliki nilai Bahasa Indonesia yang bagus tak semata-mata mempermudah perjalananku menjadi penulis. Cerpen pertamaku dimuat di Majalah Gadis saat aku semester awal kuliah, dengan perjuangan beberapa kali mengirim cerita. Aku tak pernah menang lomba novel, begitupun lomba cerpen. Kepercayaan diri bahwa aku jago menulis pupus sudah. Satu persatu mimpiku mulai terwujud, ide ceritaku memenangkan Sayembara Penulisan Ide untuk FTV di Indosiar, judulnya Cinta Na Ringgo dan aku mendapatkan hadiah: namaku ditulis di credit title sinetron tersebut, selain tentunya hadiah-hadiah yang lain. Kemudian beberapa cerpenku akhirnya dimuat di berbagai majalah. Beranjak dari situ kepercayaan diriku mulai tumbuh, aku mencoba mengirim novel ke penerbit. Tujuanku adalah Gramedia Pustaka Utama, sebagai penerbit utama di Indonesia. Rasanya memiliki buku yang diterbitkan GPU - penerbit buku2 yg kubaca dariku kecil - akan sangat membanggakan. Aku pernah menuliskan hal itu di blog Friendster - mimpi bahwa namaku tertulis pada novel perdanaku. Novel pertama yang kukirim, dengan judul The Real Cewek Super - dikembalikan oleh GPU karena belum memenuhi persyaratan yang mereka inginkan. Tidak terlalu buruk sih, menurut mereka cuma ada beberapa hal yang harus diedit saja. Mereka minta novel itu direvisi dan dikirimkan lagi. Namun, aku sudah patah arang, selain itu aku menilai cerita novel tersebut mulai pasaran waktu itu. Dimana semua teenlit punya stereotype cerita yang hampir mirip. Aku pun memutuskan menulis cerita baru saja, tapi cerita apa ya? Insight pun datang. Aku tidak tahu apa hubungannya, tapi insight itu muncul ketika aku dan teman-teman sedang melihat bazaar di Festival Jalan Wijaya sekitar tahun 2004 - 2005, & aku menerima kabar bahwa Ayah Temanku meninggal. Hal yang pertama muncul di benakku sih adalah pemikiran bahwa 'apakah cewek gaul itu pasti akan selalu bahagia dengan kesempurnaannya ya?' lalu sampai muncul malaikat dan detail cerita FdA yang lain aku sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Mungkin itulah yang dinamakan 'wangsit' :D Penulisan novel Flavia de Angela tidak memakan waktu lama, mungkin sekitar 2-3 bulan, apalagi ketika itu aku masih kuliah sehingga waktu luang cukup banyak. Kelar ditulis, akupun menjilid novel itu dengan sangat indah. Berukuran layaknya novel dan bercover warna. Itu strategi yang kupelajari ketika aku menjadi Editor Freelance di Gagas Media. Novel yang dikirimkan orang-orang itu bisa beratus bahkan beribu banyaknya. Kalau bentuk novelmu saja sudah standar (hanya dijilid lakban) maka novelmu akan tak terlihat eye catching plus aku tahu seorang editor suka membawa kerjaannya pulang untuk dibaca2 di rumah. Akan lebih menyenangkan untuknya bisa membawa novel yang handy atau ringkas dibawa. Hal-hal itu mungkin bukan patokan utama, tapi selalu ada faktor 'X' yang menghalangi keberhasilan - hilangkanlah faktor itu. Aku menyerahkan sendiri novel itu, untuk menghindari hilangnya novel saat pengiriman dan juga memberikan suatu pendekatan psikologis dengan siapapun yang menerima novel itu. Bukan dalam arti merayu apalagi menyogok - it's a big no no - tapi lebih kepada sopan santun dan bagaimana memberikan suatu kesan baik. Paling tidak orang yang menerima novelku akan ingat, siapa sih tadi yang memberikan novelnya :D Flavia de Angela diberikan ke penerbit sekitar tahun 2006'an, berbulan-bulan kemudian aku baru mendapatkan konfirmasi kalau novelku akan diterbitkan - yang senangnya udah kayak orang dapat undian 1 M. Sahabat, pacar dan orang tua hampir pekak telinganya karena aku kontan menelpon mereka dengan berteriak-teriak :D Heboh deh. Penerbit memintaku mengirimkan soft file tak berapa lama kemudian. Setahun, dua tahun, tiga tahun berlalu tanpa ada suatu kepastian yang jelas. Novelku bagai hilang ditelan bumi. Tak lelah aku menanyakan ke penerbit bagaimana nasib novelku tapi jawaban yang diberikan selalu 'saat ini masih menunggu antrian'. Gee, antrian beras aja gak segitu lamanya kali. Begitu pikirku. Sempat aku mau ambil kembali novelku dan berikan ke penerbit yang lain, atau self published saja, tapi aku selalu berpikir 'mungkin waktunya masih belum tepat. Tunggulah, semua akan indah pada waktuNya. Selalu ada berkah untuk orang yang sabar.' - makanya editorku pernah bilang kalau aku orang yang baik dan sabar #eaaa... Aku pun sabar menanti, apalagi di masa-masa itu kesibukanku sedang tinggi-tingginya. Mulai dari mengerjakan Thesis, Sidang, Bekerja, Pernikahan sampai akhirnya Hamil dan Melahirkan. Komunikasi intens dengan editor baru terjalin pada Januari 2010. Beruntung saat itu aku sedang cuti melahirkan sehingga waktuku cukup luang untuk merevisi beberapa bagian novelku. Bulan Maret 2010, GPU mengirimkan kontrak novelku dan deadline novel akan diterbitkan adalah Maret 2011. Tetap menunggu...sampai akhirnya Februari 2011 novelku terbit :D Horray novelku terbit. Semua impianku terwujud, tapi apakah semuanya akan berhenti di situ saja? Tidak. Perjuangan ternyata baru dimulai. Promosi, memenuhi target penjualan, impian untuk cetak ulang memenuhi benakku. Aku selalu berpikir bahwa 'menjual buku' bukan hanya urusan penerbit, tapi juga urusan penulis. Aku harus bisa mempromosikan novelku, kalau perlu sampai membuat suatu brand image. Strategi pertama, pada saat launching, aku minta seluruh temanku untuk foto bersama novelku dan upload di FB mereka pada hari yang sama. Okey, kalau di twitter, bisa dibilang foto dengan novel FdA bisa jadi trending topic pada saat itu :D Strategi itu cukup berhasil, ketika ada temannya temanku yang comment 'Aku lihat temanku yang lain foto pakai novel itu juga, memang ada apa sih?' Ehem (btw strategi ini boleh saja ditiru. Free to copy). Strategi kedua, aku sering pergi ke toko buku Gramedia untuk hanya sekedar 'menyebarkan' novelku ke rak-rak yang lain - hati-hati ketahuan pramuniaganya - agar calon pembeli serasa 'menemukan' novelku dimana-mana. Diharapkan prinsip 'dari mata turun ke hati' terjadi saat itu. Strategi ketiga, membuat hubungan yang intens dan dekat dengan pembacaku serta editorku. Aku selalu menganggap mereka sebagai sahabat, sampai pernah ada satu pembaca yang begitu bahagianya bisa ngobrol sama aku. Awalnya aku heran, kenapa sih begitu aja senang banget? Sampai akhirnya temanku bilang 'Ya teranglah dia senang, wong dia bisa ngobrol sama penulis favoritnya.' Eaa...di situlah aku baru sadar kalau aku mungkin bukan orang biasa lagi (ini bukan bermaksud menyombong), tapi kalau misalnya aku menjadi dia, mungkin aku akan merasakan sensasi yang sama. Jadi ingat temanku yang lain pernah heboh karena emailnya dibalas oleh penulis favoritnya. Sebenarnya sangat sulit meyakinkan diri kalau aku itu penulis dan banyak orang mungkin tahu aku, serta mungkin memperbincangkan tulisanku. Ketidakpercayaandiri selalu menggelayut. Aku kerap berpikir kalau aku baru penulis amatir. Belum sekelas penulis-penulis lain yang sudah menelurkan beberapa novel. Aku tidak punya penggemar - aku tidak mau GR. Bukuku saja mungkin tidak masuk ke daftar buku laris, atau aku saja yang tidak tahu - aku jarang pergi ke toko buku lagi akhir-akhir ini. Intinya sih aku belum ada apa-apanya! Makin ke sini temanku makin bertambah, jumlah likes di fan page'ku juga makin bertambah. Suatu blog meresensi novelku & memuji ceritanya. Novelku cetak ulang dan banyak orang menunggu kelanjutan novelku. So, apakah aku masih tidak percaya diri? Kurasa harusnya tidak :D Dan kejadian malam ini meruntuhkan benteng ketidakpercayaan diriku: Aku bertemu dengan teman SMAku di suatu pernikahan. Aku kenal wajahnya, tapi lupa namanya. Begitu pun dia. Angel, begitu dia menyebut namaku. Langsung kurevisi, namaku Citra dan kubilang 'Anyway, aku juga lupa namamu.' Dia mengatakan namanya 'Vita' Oke, puzzle telah terkumpul dan kita pun berbincang. Satu kalimat terakhir darinya, 'Btw kamu nulis novel kan? Aku lihat di FB.' Aku sedikit terguncang, 'Teman lamaku ini lebih tahu aku sebagai penulis novel ketimbang tahu namaku.' Aku berhasil membuat suatu brand image! :D Aku berhasil membuat orang mengenalku sebagai penulis. 'Ahiyak!' suara Goofy menyeruak. Aku harus percaya diri sekarang, dan apakah itu akhirnya membuatku tinggi hati? Kuharap tidak. In my head, I always think that I'm still an ordinary people but with extraordinary bless & profession :) *anyway, strategi novelnya tiga aja yah. Kalau banyak2, semua rahasia saya ketahuan semua..hehe, salam kompak markompak! Setiap chit chat sama teman-teman pembacaku, pasti selalu ada pertanyaan. "Sekarang lagi ngerjain naskah apa Kak?", "Apa kabar nih sama sekuel Flavia de Angela?", "Kapan buku terbaru terbit?" Nah daripada bikin penasaran orang banyak, jadi coba deh saya rangkum semua pertanyaan itu dalam blog saya.
Kedua, saya juga berniat ikutan Lomba Novel Young Romance Indonesia 2012 yang diadakan Penerbit Gradien. Nah, kalau ini saya cukup punya pengalaman, walaupun tetap miris membaca kata Romance-nya hihi... Cuma saya merasa tantangannya cukup bisa saya hadapi dengan baik, berdasarkan pengalaman yang sudah saya miliki. Semoga berhasil menyelesaikan novel ini dengan baik, apalagi harus dibuat paralel dengan novel yang satu lagi. Ketiga, saya juga masih aktif nulis cerpen-cerpen dan saat ini sudah didistribusikan ke majalah-majalah remaja ibukota. Semoga cepat dimuat dan bisa dibaca semuanya :) So far masih itu saja sih kegiatan saya. Nanti akan saya update lagi kabar-kabar lainnya. Salam kompak markompak ^^ Menulis naskah sekuel Flavia de Angela (FdA) memang benar perjuangan tanpa henti. Berbeda dgn FdA, Flavia Fights Back!! (yup dengan 2 tanda seru) yang kita singkat FFB saja, butuh waktu 1 tahun untuk diselesaikan. Bayangkan, FdA yang selesai hanya dalam 3 bulan saja. Kenapa sih bisa lama banget? Alasannya dua, teknis dan non teknis. Teknis: cerita di FFB lebih kompleks, ribet dan butuh banyak banget referensi; yang artinya: saya harus banyak baca, search, browse banyak hal yang nantinya akan masuk ke cerita tersebut. Nah, kenapa yang mempersulit adalah alasan kedua, non teknis. Terus terang waktu nulis FdA dulu status saya masih anak kuliahan, gak banyak kerjaan plus jomblo pula. Lengkap deh ^_^ Beruntungnya waktu luang saya banyak bener jadi bisa nulis sesuka saya. Sedangkan sekarang, selain kerja kantoran dimana 10 jam sehari ada di kantor, saya juga sudah berkeluarga - punya si kecil Christo yang enggak mungkin dicuekin dan juga kegiatan lain yang memakan waktu. Alhasil kegiatan menulis harus dilakukan dengan mencuri-curi waktu. Bisa waktu jam istirahat kantor, di angkot (thanks to evernote) sampai harus rela tidur lebih larut atau bangun lebih subuh. Namun saya tidak mengeluh dengan semuanya itu, kesibukan saya justru bikin saya semangat untuk membuktikan bahwa saya bisa!! Puji Tuhan naskah itu akhirnya selesai juga dan saya berhasil memasukkan semua ide ke dalam cerita itu. Walaupun begitu, perjuangan belum selesai, naskah itu masih harus direview oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama untuk ditentukan apakah layak terbit atau tidak. Lalu kalaupun memang layak terbit masih ada tahapan revisi plus mengantri untuk terbit. Harapannya sih, kali ini semua proses itu tidak selama proses penerbitan Flavia de Angela yang butuh waktu hampir 6 tahun setelah disetujui penerbit ;p Apapun yang terjadi, saya percaya "Semua Indah pada Waktunya" okay wokay?? ^_^ Selamat Menunggu Flavia Fights Back!! Mohon doa restunya dan pastinya, Salam Kompak Markompak!! *spoiler: Naskah FFB: 29 Bab, 388 Hal A4, diselusupi 4 jenis bahasa, peristiwa kelahiran dan kematian, 3 tokoh utama baru dan keajaiban tanpa henti!! Ada SEPULUH alasan kenapa sekuel Flavia de Angela, Flavia Fights Back!! sayang untuk dilewatkan, apa saja ya?
|
Archives
August 2016
Categories
All
|